Categories
Bogor

Helaran Seni Budaya Bogor, Meriahnya HUT ke-537 Kota Hujan

Pada tanggal 3 Juni 2019, Bogor memperingati hari jadinya yang ke-537. Guna memeriahkan momen istimewa tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bogor menggelar event tahunan bertajuk Helaran Seni Budaya. Suasana kawasan berjuluk Kota Hujan ini mendadak lebih ramai dari biasanya.

Helaran Seni Budaya tahun ini dilaksanakan pada Minggu, 30 Juni 2019. Mengusung tema ‘Melalui Seni Budaya, Bogor Guyub dan Damai’, acara ini tak sekadar jadi bagian dari peringatan hari jadi. Harapannya juga bisa menciptakan kembali kebersamaan hidup, yang akhir-akhir ini sempat terpecah belah. Mengajak semua untuk kembali saling mendukung dalam konteks hidup bermasyarakat.

Tahun ini saya beruntung karena sempat mengikuti Helaran Seni Budaya secara langsung. Nah, agar Teman Traveler tak penasara bagaimana keseruan dan kemeriahannya, yuk simak ulasan saya berikut ini.

Balai Kota Bogor sebagai Titik Awal Helaran
Diselenggarakan sejak 2015, Helaran Seni Budaya selalu memilih kawasan sekitar Jalan Djuanda dan Jalan Jendral Sudirman sebagai jalur iring-iringan pergelaran. Untuk edisi 2019, titik start berada di Balai Kota Bogor dan finish di Jalan Jendral Sudirman, tepatnya di Pusdikzi TNI AD Bogor.

Sejak pukul enam pagi, kawasan Jalan Jenderal Sudirman yang juga dikenal sebagai lokasi car free day sudah dipadati warga. Mereka datang untuk berolahraga sekaligus menanti iring-iringan Helaran Seni Budaya. Sementara itu jalan di sekitaran Balai Kota dan Stasiun Bogor, sudah terlihat padat hingga mengakibatkan kemacetan panjang.
Upacara pembukaan diwarnai oleh sambutan Wali Kota Bogor, Bima Arya, dan sajian kesenian tradisional Tari Rampak Kendang Wanoja. Tak lama kemudian, puncak acara Helaran Seni Budaya pun dimulai tepat pukul 07.00.

Iring-iringan Peserta Helaran
Dihadiri pula oleh Anies Baswedan, iring-iringan Helaran Seni Budaya diawali oleh barisan Wali Kota Bogor, Wakil Wali Kota Bogor, Gubernur DKI Jakarta, dan pimpinan Muspida Bogor. Masing-masing menunggang kuda dari Balai Kota menuju finish.
Kehadiran para pejabat daerah tersebut mengundang antusiasme warga. Banyak yang berebut untuk mengabadikan momen alias foto bersama.

Di belakang pasukan berkuda, ada rombongan kereta kencana yang ditumpangi para istri pejabat daerah. Berikutnya ada 48 iring-iringan peserta yang terdiri dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Bogor, sanggar kesenian, serta komunitas daerah dari beberapa kabupaten tetangga Bogor, yaitu Subang, Karawang, Purwakarta, Ciamis, dan Bandung Barat.

Sajikan Seni dan Budaya Nusantara
Nah, ini yang menjadi bagian paling menarik dari Helaran Seni Budaya Hari Jadi Kota Bogor. Masing-masing peserta membawakan seni dan budaya khas Nusantara, mulai dari Aceh hingga Papua. Semuanya ditampilkan dengan apik selama pawai berlangsung.

Salah satu yang menarik adalah GMPLS (Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan Sempur). Mereka kompak membawakan kesenian wayang golek khas Bogor. Selain itu masih ada Paguyuban Seni Sunda Tunas Muda dari Kabupaten Ciamis, yang memukau penonton dengan mabokuy, ondel-ondel bambu khas setempat.

Selain itu sebenarnya masih ada banyak seni dan budaya lain yang ditampilkan. Ada Ondel-ondel Jakarta, Reog Ponorogo, sepeda onthel, tari tradisional Papua, hingga egrang jangkungan. Semuanya benar-benar menarik untuk ditonton.

Selain seru, menyaksikan Helaran Seni Budaya juga bermanfaat menambah wawasan masyarakat. Mereka bisa lebih banyak mengetahui soal kekayaan Nusantara yang jarang diekspos sebelumnya.

Sumber: https://travelingyuk.com/food-junction-pakuwon/289538/

Categories
Seni

Membaca Peta Seni Rupa Bogor

Buku “Membaca Peta Seni Rupa Bogor” boleh jadi merupakan buku pertama yang menggambarkan referensi pembacaan perkembangan seni rupa di Kota Bogor. Sebagai bentuk komitmen Komite Seni Rupa DK3B (Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor) dalam perkembangan seni rupa di Kota Bogor bersama dengan dinamika yang meliputi perjalanan para penggiat seni rupa.

Tak hanya itu, ini juga menjadi bagian dari strategi pengenalan karya-karya seniman Bogor sekaligus munculnya semangat komunitas yang mengiringi tumbuhnya medan kesenian di Bogor.

 

Meski dirasa perlu penguatan, setidaknya para perupa dan seniman Bogor memiliki sedikit pengayaan dan bacaan terhadap peta dan penanda pertumbuhan seni rupa di Bogor.

Categories
Seni

Sanggar Citra Budaya Bogor di International Children’s Festival 2019

Pada Tanggal 27 Mei hingga 3 Juni 2019, akan diselenggarakan kegiatan “International Children’s Festival 2019” di Vien Pearland Nam Hoi’an, Vietnam.

VTV 2019 International Children’s Festival adalah serangkaian acara dan kegiatan yang diselenggarakan oleh Vietnam Television untuk tujuan pertukaran budaya, memperkuat pemahaman dan mengeksplorasi budaya dan meningkatkan solidaritas anak-anak di seluruh dunia.

Festival Anak Internasional tahun ini dengan tema Cultural Colors of the World bertujuan untuk menunjukkan kepada anak-anak keindahan budaya tanah air, meningkatkan apresiasi dan pelestarian ciri-ciri budaya negara serta membantu mereka menemukan kekayaan dan keanekaragaman budaya negara di dunia.

Secara khusus, malam Gala Cultural Colors of the World akan menawarkan kepada penonton pertunjukan khusus anak-anak dari delegasi yang berbeda serta dari negara tuan rumah, terutama karnaval akan diadakan di tepi sungai untuk menunjukkan budaya dan sejarah yang unik. tradisi kota Hoi An.

Menurut dewan penyelenggara, acara tahun ini akan melibatkan 8 kelompok seni termasuk dari Filipina, Indonesia, Korea, Federasi Rusia, Cina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Program ini akan berlangsung di Hoi An, Da Nang dan Hanoi. Indonesia pada kesempatan ini akan diwakili oleh 8 penari dan 3 orang pendamping Sanggar Citra Budaya yang berasal dari Bogor, hal ini merupakan sebuah keistimewaan dimana Bogor sekali lagi akan menunjukkan kekayaan budaya tradisionalnya lewat kancah festival Internasional.

Sanggar Citra Budaya memang memiliki banyak prestasi yang sangat membanggakan di kancah internasional dalam mewakili kebudayaan Indonesia khususnya Bogor, sebuah prestasi yang patut dibanggakan untuk masyarakat Bogor agar lebih peduli dalam rangka pelestarian budaya tradisional.

Upacara pembukaan festival akan diadakan pada pukul 20:00 pada tanggal 31 Mei 2019 di provinsi Quang Nam dan akan disiarkan langsung di saluran VTV1.

Categories
Bogor

Pancasila Solusi Bagi Dunia Jika dan Hanya Jika Sudah Bermetodologi Yang Logis Rasional

Bogor-Jawa Barat | Media Nasional Obor Keadilan-Kemendagri, melalui Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) menggelar Forum Dialog Pendidikan Politik Bagi Masyarakat, berlangsung di Hotel Royal, Jln Paledang Bogor (Rabu, 9 Mei 19).

Dengan Narasumber perwakilan akademisi, Dr. Kun Nurachadijat, dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Universitas Binawan, Wakil Ketua Bidang Organisasi Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B). Abdul Rahmat Shaleh, perwakilan dari ormas, direktur Lanskip & sekretaris umum Forum Komunikasi Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Bogor, serta wakil dari Birokrat Drs. Dadang Sugiarta, M.Si , kepala Kesatuan & Kebangsaan (Kesbang) Kota Bogor.

Acara yang buka oleh Sekretaris Ditjen Polpum Didi Sudiana, S.E.,M.M. dihadiri pula oleh Direktur Politik Dalam Negeri Drs. La Ode Ahmad , M.Si
 dan Kasubdit Pendidikan Etika dan Budaya Politik, Cahyo Ariawan, S.H., M.H.

Dadang Sugiarta M.Si dalam materinya memaparkan bahwa bangsa Indonesia sebenarnya sudah siap dengan pemilu langsung, karena budaya bangsa Indonesia sarat dengan nilai nilai kesantunan n kesopanan. Hanya karena para penyelenggara negara kurang mengedepankan nilai nilai silaturahmi, maka masyarakat “relatif” menjadi beringas. “Sebetulnya bila para pejabat ramah dan melakukan pendekatan kekeluargaan, maka rakyatpun bisa tetap guyub” tegas Dadang yang baru 4 bulan menjabat kakesbang Bogor ini.

“Dulu tatkala sebelum pemilu 17 April, analisa saya bahwa partisipasi masyarakat akan mencapai banyak 80 %, banyak pejabat yang sangsi. Tapi setelah pemilu, tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu malah 89%. Ini yang sangat membahagiakan. Masyarakat, terutama para pemuda kini tidak menyia nyiakan pemilu yang menelan biaya Rp 24,9 trilyun ini” ujar Rahmat dengan sumringah.

Sedangkan Dr. Kun dalam penyampaian materinya, memaparkan bahwa dalam pertumbuhan organisasi, ada pakem proses mulai fase forming (pembentukan), storming (fase ta’aruf, saling menyesuaikan), norming (fase nilai nilai sudah terbentuk) lalu performing (puncak kinerja). Indonesia, menurutnya sudah berkali kali sudah di fase storming, namun selalu tidak optimal. Sumpah pemuda adalah forming pertama dari bangsa Indonesia, lalu hingga 17 Agustus 45 storming berakhir. Norming dimulai 18 Agustus 45 namun itu sekaligus fase storming ke dua dari bangsa ini. Dicirikan dengan gegap gempitanya seorang bung Karno menyuarakan pembentukan karakter nasional bangsa. “Karena hanya negara Indonesia yang membentuk negara dulu baru pemantapan kebangsaannya menyusul. Lain dengan India, Jepang, Thailand dan lain lain, dimana diawali bangsa sebagai paguyuban bertransformasi menjadi patembayan atau organisasi formal yang disebut negara. Syukurilah keunikan bangsa kita. Kita direkatkan oleh aspek Ketuhananan, itu yang mengikat bangsa ini menjadi satu, yakni Pancasila” gelora Dr. Kun dengan berapi api disusul tepuk tangan riuh dari yang hadir.

“Kini, pemilu April 2019 ini adalah fase storming yang ke 3 dari proses kenegaraan Indonesia. Jangan sampai ikatan kebangsaan kalah oleh ikatan kesukuan, agama, ras dan ikatan keningratan, jangan! Karena itu akan set back ke masa storming tahap pertama (1928 – 1945) dari bangsa ini” mantap ketua komisi ideologi politik FKDM dan Wakil Ketua Bidang Organisasi, Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) Kota Bogor ini.

“Pancasila adalah solusi, hanya saja ia sebagai ontologi, masih tidak memiliki epistemologi atau metodologi, sehingga tidak pernah aplikatif ke tataran aksi atau pola perilaku & pikir dari masyarakat. Masyarakat dengan Pancasila kini, bak apa yang Prabu Siliwangi wangsitkan dulu, ibarat monyet keur ngagugulung kalapa (Monyet yang hidup di habitat buah kelapa tapi tidak tahu cara mengupasnya)” yakin Kun dalam menjawab pertanyaan dari tokoh masyarakat cendikiawan muslim M Ma’sum apakah solusi agar bangsa ini lulus dari fase storming ke 3 di era reformasi ini, sehingga masuk ke fase norming yang founding fathers harapkan.

“Perlu penanaman Pancasila seperti Orba lakukan dengan penataran P4 nya, tapi kontennya jangan indoktrinasi lagi, kembangkan suatu epistemologi/metodologi yang logis rasional dan memberdayakan. Ini tantangan bagi kemendagri & lemhanas serta Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Bila metodologi ini ketemu, maka Merah Putih/Pancasila akan berkibar di seluruh dunia” yakin dosen pasca sarjana STAI Sukabumi dan penggagas metodologi shifting paradigm Visi Merah Putih (VMP) ini disambut tepuk tangan antusias dari hadirin.

Dialog yang mencerahkan ini, dimoderatori oleh Frans M Rumbino Kesbang Kota Bogor dan ditutup dengan kebulatan tekad yang Dadang Sugiarta dan Abdul Rahmat pimpin, yang intinya masyarakat Kota Bogor khususnya akan menerima hasil KPU 22 Mei esok, dengan sportifitas dan penuh rasa kebangsaan. [Oke]

Sumber: https://www.oborkeadilan.com/2019/05/pancasila-solusi-bagi-dunia-jika-dan.html?m=1