Tidak sekedar forum diskusi, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke-XIII di Kota Tarakan, Kalimantan Utara juga dijadikan sebagai ajang mempromosikan kesenian dan budaya masing-masing delegasi daerah yang dikemas dalam Pawai Budaya Nusantara, Rabu (25/7/2018).
Ribuan warga tampak memadati ruas Jalan Yos Sudarso, Tarakan. Mereka tampak antusias menyaksikan penampilan kesenian dan kebudayaan dari 98 daerah yang hadir dalam Rakernas Apeksi itu. Kota Bogor salah satu peserta pawai menampilkan sajian kesenian Tunggul Kawung yang diciptakan oleh seniman Asep Suarsa, pimpinan Sanggar Edas Kota Bogor.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor Shahlan Rasyidi yang memimpin rombongan kesenian menuturkan, kegiatan pawai budaya merupakan salah satu kegiatan promosi seni budaya Kota Bogor dengan tujuan agar seni budaya Kota Bogor dapat lebih dikenal masyarakat luas, khususnya di Kota Tarakan.” Untuk kegiatan ini Kota Bogor menampilkan seni budaya Tunggul Kawung, yang merupakan seni yang diciptakan dari sejarah Kota Bogor,” kata Shahlan.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Kesenian pada Disparbud Kota Bogor, Uci Sanusi menambahkan, Tunggul Kawung memiliki makna semangat yang luar biasa karena merupakan simbol yang menjadi latar pembentukan nama Bogor.
Keterlibatan pohon aren atau kawung dalam kehidupan masyarakat Sunda memperlihatkan pengaruh yang kental. Tidak hanya manfaat dan fungsinya secara fisik, tapi juga menandakan kedalaman harmoni antara manusia, alam, dan penciptanya.
Pohon aren mengandung kesejatian sebagai penopang kehidupan masyarakat, meskipun sudah menjadi tunggul. Karenanya, Tunggul Kawung sebagai nama dan sebutan lain dari Bogor, perlu dikuatkan.
“Dengan menampilkan seni budaya Tunggul Kawung kami ingin menunjukan semangat pembangunan di Kota Bogor. Persiapan yang minim tidak menyurutkan semangat semua yang terlibat untuk menyuguhkan sajian yang terbaik,” lanjut Uci.
Sementara itu, Pimpinan Sanggar Edas Kota Bogor yang juga pencipta seni budaya Tunggul Kawung, Ade Suarsa tidak ketinggalan menyampaikan filosofi dari Tunggul Kawung. Bentuknya yang menyerupai gendang atau bedug, sambung Ade, menggambarkan kekuatan atau tanggung jawab yang besar.
“Tunggul Kawung merujuk dari asal mula nama Kota Bogor yang diambil dari pantun Pacilong, sejarah Ngadegna Dayeuh Bogor. Dengan kekuatan yang dimiliki, sangat ditakuti dan tidak boleh ada yang mengganggu. Spirit inilah yang coba diangkat ke dalam pertunjukan ini,” ujar Ade.
Tunggul Kawung yang bahannya sebagian besar berasal dari bambu, kata dia, merupakan alat musik pukul asli dari Jawa Barat. Di Bengkulu ada Gendang Dol, di Lombok dikenal Gendang Belek, Bali Gendang Beleganjur, Ambon punya Tifa. ”Kota Bogor punya Tunggul Kawung,” pungkasnya. (Agha Dwi)
Sumber: https://inilahonline.com/tunggul-kawung-kota-bogor-meriahkan-pawai-budaya-apeksi-di-tarakan/