DK3B – PHRI, Sepakat Dorong Sektor Wisata dan Budaya

Bogor – Potensi pariwisata Kota Bogor merupakan sektor strategis yang mampu menjadi penyumbang sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar dari pajak hotel dan restoran. Tahun 2017 sektor ini menyumbang PAD hingga Rp 110 miliar dan meningkat di tahun ini menjadi Rp218 miliar. Meski begitu, rapot keberhasilan ini masih dirasakan perlu untuk dimaksimalkan mengingat sektor pendukung pariwisata tidak hanya dari hotel dan pajak. Pengelolaan destinasi, potensi seni-budaya dan ekonomi kreatif juga perlu didorong untuk mendongkrak pencapaian target kunjungan wisatawan.

“Keberadaan budaya yang menjadi ciri khas dari suatu daerah dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Selain berdampak pada pariwisata daerah, kegiatan kebudayaan juga merupakan salah satu upaya untuk pelestarian identitas dan penguatan kearifan lokal yang berdampak pada bentuk-bentuk pelayanan (hospitality) di dunia pariwisata,” ungkap Usmar Hariman, Ketua Umum Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) dalam pertemuannya dengan dr Yuno Abeta Lahay, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kota Bogor pada Senin (03/12) di Hotel Monalisa, Bogor. “Kekayaan budaya juga dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari sektor pariwisata,” tambah Usmar.

Sebab itulah, sejalan dengan program kemitraan DK3B, Usmar bersama dengan sejumlah jajaran Pengurus Harian DK3B melakukan diskusi dan penjajagan ke berbagai pemangku kepentingan yang berkaitan dengan pengembangan kesenian dan kebudayaan, termasuk PHRI. Sebagai asosiasi profesional yang turut berfokus pada pengembangan dan pertumbuhan sektor-sektor penting industri pariwisata, PHRI dinilai sebagai salah satu mitra penting dalam mengembangkan seni dan kebudayaan di Kota Bogor.

“Tuntutan sinergitas untuk mendorong peningkatan wisata memang tidak bisa kita hindari. Saat ini, kita masih bertumpu pada pendapatan sektor pajak hotel dan restoran yang merupakan bagian dari hasil kinerja PHRI,” ungkap Yuno. Sektor pendapatan pariwisata Kota Bogor saat ini berasal dari jasa dan pariwisata yang mencapai sekitar 80 persen dan sekurangnya 32 persen berasal dari kuliner. Karenanya, lanjut Yuno, PHRI berharap ada destinasi wisata baru seperti ruang pertunjukan seni dan budaya yang secara rutin bisa dihadirkan di Kota Bogor.

Bentuk-bentuk pertunjukan seni dan budaya yang khas dapat menjadi bagian dari amenitas pariwisata di Kota Bogor. Selain itu, bentuk karya dan produk budaya menjadi sumber gagasan yang mampu memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Itu sebabnya Yuno juga berharap, melalui kegiatan kebudayaan dan event-event seni yang menarik, arus wisata ke Kota Bogor semakin beragam dan terus membaik. “Peningkatan pendapatan di dunia wisata melalui kekayaan seni dan budaya di Kota Bogor ini tentu menjadi pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Pada akhirnya atraksi kebudayaan juga dapat membantu meningkatkan PAD Kota Bogor,” tegas Yuno.

Gagasan besar memajukan sektor pariwisata dan kebudayaan antara DK3B dengan PHRI – gayung bersambut. Untuk itu, DK3B bersama dengan PHRI juga akan menggelar forum diskusi dan kerjasama jangka panjang pada Sabtu, 8 Desember 2018 mendatang dengan mengundang berbagai pemangku kepentingan dan pihak-pihak yang memiliki aksesibilitas dalam pengembangan dunia pariwisata dan seni-budaya di Kota Bogor.

Tak hanya itu, PHRI juga sepakat menjadi bagian dari pendukung Festival Tunggul Kawung – Ethnic Drum Festival 2018 yang direncanakan berlangsung pada 19 Desember 2018 mendatang. Festival Tunggul Kawung – Ethnic Drum Festival 2018 merupakan kegiatan yang menjadi agenda rutin tahunan DK3B. Selain sebagai bentuk pertunjukan dan edukasi kesenian, atraksi budaya ini juga diharapkan ikut mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif di Kota Bogor. Festival tersebut juga dinilai bisa menjadi ajang promosi Kota Bogor sebagai destinasi wisata yang berdaya saing di Indonesia, baik secara regional maupun internasional.

Artikel lainnya