INILAH, Bogor – Mempertahankan sastra Sunda Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) segera membuat buku khusus sastra Sunda di Kota Bogor. Buku ini segera disusun dan terinspirasi setelah saresehan bersama budayawan, sastrawan dan para guru SeKota Bogor tema “Ngaguar Sastra Sunda” pada Minggu (27/5) sore lalu.
Ketua Harian DK3B, Arifin Himawan mengatakan, sarasehan Ngaguar Sastra Sunda mengupas sastra sunda ini sebagai upaya DK3B untuk membangkitkan kembali semangat dalam melestarikan budaya Sunda dalam bentuk sastra kepada generasi muda.
“Kami melihat dan sangat prihatin banyak orang tua juga anak-anak muda zaman ini sudah melupakan akan budaya lokal. Sehingga melalui sarasehan kemarin diharapkan nanti bisa ditularkan oleh guru-guru di sekolah sekolah khususnya di Kota Bogor tentang budaya Sunda,” ungkap pria yang akrab disapa Ahim pada Selasa (29/5) pagi.
Ahim melanjutkan, pihaknya juga mendorong Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor untuk ada tenaga pendidik khusus budaya Sunda. Sehingga siapapun nanti yang menimba ilmu di sekolah bisa mengetahui tentang budaya lokal Kota Bogor dan sastra Sunda lokal Kota Bogor.
“Rencananya kami akan membuat buku tentang sastra Sunda yang akan dibagikan ke dinas, dan kalau memadai seluruh sekolah SeKota Bogor,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Komisi Sastra DK3B, Galih Aria Putra mengatakan, kegiatan ini bentuk kepedulian DK3B melalui Komisi Sastra, mengingat belum semua orang Sunda khususnya Kota Bogor memahami tentang keberadaan bahasa induknya, terlebih lagi berkaitan dengan sastra Sunda.
“Kami bertujuan kembali membuka pemahaman bagi masyarakat sunda tentang pentingnya mempertahan jatidiri ditengah derasnya pengaruh budaya luar dan kekinian,” terangnya.
Galih menuturkan, jatidiri atau asal-usul ki sunda sangat penting dipahami oleh masyarakat sunda sendiri. Dengan begitu akan timbul rasa untuk menghargai dan mencintai budayanya. Sehingga jatidiri ini bisa menjadi benteng sekaligus penyaring derasnya budaya luar.
“Itulah pentingnya orang Sunda memahami, mengetahui terlebih memiliki jatidirinya. Karena saya melakukan wawancara secara random kepada orang tua dan anak zaman now sangat minim pengetahuan sastra Sunda, maka mungkin nanti dengan buku sastra Sunda bisa memperkenalkan apa itu sastra sunda,” pungkasnya.[jek]